Bulan Ramadhan bulan seribu bulan penuh berkah bagi umat muslim
diseluruh dunia. Seperti kita ketahui amalan utama pada bulan Ramadhan
ialah berpuasa, namun sebagai kaum wanita tentu ada kalanya dalam
sebulan mendapat masa haid.
Wanita yang masuk di bulan Ramadhan dalam keadaan haid, atau sempat
berpuasa Ramadhan lalu kemudian haid tidak perlu bersedih karena haidnya
tersebut. Hal itu dikarenakan haid adalah perkara yang sudah menjadi
ketetapan Allah bagi para wanita. Meskipun wanita sedang haid/nifas di
bulan Ramadhan, dia masih tetap bisa melakukan amal shalih yang lain
selain berpuasa. Rasulullah Shallalahu 'Alaihi Wasallam pernah menghibur
'Aisyah yang sedih karena keburu datang bulan padahal belum sempat
menjalankan Manasik Haji. Beliau menjelaskan bahwa haid adalah perkara
yang sudah ditetapkan Allah lalu beliau merekomendasikan amal shalih
lain yang masih bisa dilakukan 'Aisyah meskipun sedang haid. Bukhari
meriwayatkan;
Dari 'Aisyah radliallahu 'anha bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
pernah menemuinya ketika berada di Sarif sebelum masuk ke Makkah, beliau
mendapatinya sedang menangis karena datang bulan, lalu beliau bertanya:
"Kenapa, apakah kamu sedang haidh?" 'Aisyah menjawab; "Ya." Beliau
bersabda: "Sesungguhnya hal ini telah di tetapkan Allah atas
wanita-wanita anak Adam, lakukanlah apa yang biasa di kerjakan dalam
berhaji, namun kamu jangan thawaf di Ka'bah." (H.R. Bukhari)
Sikap pertama yang wajib dibangun wanita yang sedang haid di bulan
Ramadhan adalah ridha, karena seorang hamba yang beriman memang tidak
boleh bersikap kepada penciptanya selain Ridha dengan ketentuanNya.
Allah berfirman;
Sesungguhnya jawaban oran-orang mukmin, bila mereka diajak kepada Allah
dan Rasul-Nya agar Rasul menghukumi (mengadili) di antara mereka ialah
ucapan. "Kami mendengar, dan Kami patuh". dan mereka Itulah orang-orang
yang beruntung. (An-Nur;51)
Wanita dilarang mengangan-angankan menjadi lelaki dengan alasan pahala
lelaki yang disiapkan Allah lebih banyak daripada wanita. Sikap ini juga
tercela karena menunjukkan tidak Ridha dengan ketentuan dan takdir
Allah. Ridhalah sebagai wanita, dan taatilah ketentuan Allah tentang
bagaimana seharusnya wanita dalam beramal. Allah akan membalas amal
wanita sebagaimana membalas amal lelaki. Allah berfirman;
Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada
sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (karena) bagi
orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan
bagi Para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan
mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui segala sesuatu. (An-Nisa'; 32)
Perlu diingat, awal petaka yang menimpa Iblis adalah karena dia tidak
ridha ketika Allah memutuskan memuliakan Adam lebih dari para malaikat
termasuk Iblis. Allah murka kepada Iblis lalu menghinakannya setelah
sebelumnya memuliakannya. Jadi, tidak ridha terhadap ketentuan Allah
berbahaya karena bisa mengulang kisah celaka yang dialami Iblis.
Kesedihan karena tidak bisa berpuasa, shalat, tarawih, membaca Alquran
karena haid adalah hal baik, karena diantara ciri orang beriman adalah
gembira ketika melakukan amal shalih dan susah ketika melakukan
kemaksiatan. At-Tirmidzi meriwayatkan;
Dari Ibnu Umar, Rasulullah Shallalahu 'Alaihi Wasallam bersabda;
Barangsiapa kebaikannya yang ia lakukan membuatnya bahagia, dan
keburukannya membuatnya susah, maka dia adalah seorang mukmin." (H.R.
At-Tirmidzi)
Namun hal ini tidak bermakna bolehnya seorang wanita menyesali kodratnya
sebagai wanita, kemudian tidak ridha dengan ketentuanNya dan
mengangan-angankan sesuatu yang dilarang oleh Allah dan RasulNya.
Patut pula difahami oleh wanita, bahwa ketika dia tidak berpuasa
Ramadhan karena haid maka hal itu bermakna dia sedang menjalankan
perintah Allah, karena Allah melarang wanita haid berpuasa. Menjalankan
perintah Allah adalah amal shalih, sehingga hal ini bermakna wanita haid
yang tidak berpuasa sesungguhnya sedang beramal shalih sebagaimana yang
berpuasa tanpa ada perbedaan. Justru wanita haid yang tidak berpuasa
sedang menjalankan perintah Allah dengan cara yang lebih ringan daripada
yang berpuasa yang harus menahan lapar dan dahaga. Dalil yang
menunjukkan bahwa wanita yang sedang haid tidak boleh berpuasa
diantaranya berdasarkan hadis berikut ini;
Dari Abu Sa'id Al Khudri ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam pada hari raya 'Iedul Adlha atau Fitri keluar menuju tempat
shalat, beliau melewati para wanita seraya bersabda: "Wahai para wanita!
Hendaklah kalian bersedekahlah, sebab diperlihatkan kepadaku bahwa
kalian adalah yang paling banyak menghuni neraka." Kami bertanya, "Apa
sebabnya wahai Rasulullah?" beliau menjawab: "Kalian banyak melaknat dan
banyak kufur terhadap suami. Dan aku tidak pernah melihat makhluk yang
kurang akal dan agamanya yang bisa mengalahkan lelaki yang kuat
tekadnya selain kalian." Kami bertanya lagi, "Wahai Rasulullah, apa
tanda dari kurangnya akal dan lemahnya agama?" Beliau menjawab:
"Bukankah persaksian seorang wanita setengah dari persaksian laki-laki?"
Kami jawab, "Benar." Beliau berkata lagi: "Itulah kekurangan akalnya.
Dan bukankah seorang wanita bila dia sedang haid dia tidak shalat dan
puasa?" Kami jawab, "Benar." Beliau berkata: "Itulah kekurangan
agamanya." (H.R.Bukhari)
Lafadz "bukankah seorang wanita bila dia sedang haid dia tidak shalat
dan puasa" Menunjukkan bahwa di zaman Rasulullah Shallalahu 'Alaihi
Wasallam sudah diketahui bahwa wanita yang haid tidak berpuasa dan tidak
shalat. Oleh karena shalat lima waktu dan puasa Ramadhan hukumnya
wajib, sementara wanita di zaman Rasulullah Shallalahu 'Alaihi Wasallam
malah tidak melakukannya, maka hal ini bermakna bahwa puasa dan shalat
memang dilarang bagi wanita yang sedang haid. Artinya, jika dilakukan
maka puasa dan shalat tersebut tidak sah dan malah melanggar perintah
Allah.
Jadi, ridha adalah sikap pertama yang harus dibangun. Sikap ridha adalah
bagian dari amal shalih, bahkan termasuk diantara amal shalih yang
paling agung.
Terkait dengan amalan-amalan praktis bagi wanita yang sedang haid di
bulan Ramadhan, maka hadis riwayat 'Aisyah yang menangis karena haid
sebelum Manasik Haji mengisyaratkan bahwa Rasulullah Shallalahu 'Alaihi
Wasallam merekomendasikan semua amal shalih yang bisa dilakukan wanita
selama bukan amal-amal yang memang dilarang Syara'. Pintu-pintu amal
shalih sesungguhnya sangat banyak, namun berikut ini akan disajikan
sejumlah amal shalih penting yang bisa dilakukan wanita haid/nifas di
bulan Ramadhan.
Pertama; Melakukan Khidmat (pelayanan/membantu) orang lain, terutama orang yang berpuasa
Sesungguhnya Khidmat, seremeh apapun adalah amal shalih. Dalil yang
menunjukkan Khidmat adalah amal shalih adalah hadis berikut ini;
Dari Jabir bin Abdullah ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Setiap kebaikan adalah sedekah. Dan di antara bentuk
kebaikan adalah kamu menjumpai saudaramu dengan wajah yang
menyenangkan. Dan kamu menuangkan air dari embermu ke dalam bejana milik
saudaramu."(H.R.At-Tirmidzi)
Menuangkan air pada bejana saudara adalah jenis Khidmat (pelayanan).
Rasulullah Shallalahu 'Alaihi Wasallam menyebutnya termasuk Ma'ruf
sebagaimana berwajah ramah juga disebut Ma'ruf. Sesuatu yang disebut
ma'ruf adalah amal shalih, sehingga bisa dikatakan Khidmat adalah amal
shalih.
Lebih utama lagi jika yang dilayani adalah orang yang berpuasa, karena
melayani orang yang berpuasa dan meringankan pekerjaan/kesusahan mereka
bisa membuat yang melayani mendapatkan ganjaran sebagaimana orang yang
berpuasa. Imam Muslim meriwayatkan;
Dari Anas radliallahu 'anhu, ia berkata; Dulu kami pernah bepergian
bersama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, dan di antara kami ada yang
melaksanakan puasa dan ada pula yang tidak berpuasa. Kemudian di hari
yang sangat terik itu kami berhenti di suatu tempat dan orang yang bisa
berteduh hanyalah orang yang mempunyai pakaian, bahkan di antara kami
ada orang berlindung dari sinar matahari hanya dengan tangannya saja.
Maka orang-orang yang berpuasa pun berjatuhan. Maka orang yang tidak
berpuasa bangkit, kemudian mendirikan tenda dan memberi minum hewan
tunggangan mereka. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pun
bersabda: "Hari ini mereka yang berbuka telah menuai pahala." (H.R.
Muslim)
Dalam riwayat tersebut dikisahkan bahwa dalam safar yang dilakukan
Rasulullah Shallalahu 'Alaihi Wasallam dan Shahabat-Shahabatnya,
orang-orang yang tidak berpuasa melakukan Khidmat (pelayanan) kepada
yang tidak berpuasa maupun yang berpuasa dengan mendirikan tenda dan
memberi minum air hewan tunggangan. Lalu Rasulullah Shallalahu 'Alaihi
Wasallam memberi tahu bahwa mereka yang tidak berpuasa dan melakukan
Khidmat itu menuai pahala. Maka hal ini menjadi dalil bahwa Khidmat
adalah amal shalih terutama sekali jika yang dilayani adalah orang-orang
yang berpuasa.
Dari sini, bukankah hal yang mudah bagi wanita melakukan Khidmat dengan
cara menyiapkan makan sahur dan berbuka, berbelanja untuk kebutuhan
makan, mengasuh anak, membersihkan rumah, mencucui, menyetrika dan
sebagaianya? Semua hal tersebut jika dilakukan karena Allah tidak akan
sia-sia karena, khidmat termasuk amal shalih dan bahkan wanita bisa
mendapatkan pahala yang setara dengan yang berpuasa jika dia melakukan
khidmat kepada orang yang berpuasa.
Kedua; mendorong orang lain beramal shalih
Mendorong orang lain beramal shalih termasuk amal shalih dan membuat
pelakunya mendapatkan pahala sebagaimana orang yang beramal shalih
tersebut. Dalil yang menunjukkan adalah hadis berikut ini;
Dari Abu Mas'ud Al Anshari dia berkata, "Seorang laki-laki datang kepada
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam seraya berkata, "Wahai Rasulullah,
jalan kami telah terputus karena hewan tungganganku telah mati, oleh
karena itu bawalah saya dengan hewan tunggangan yang lain." Maka beliau
bersabda: "Saya tidak memiliki (hewan tunggangan yang lain)." Tiba-tiba
ada seorang laki-laki yang berkata, "Wahai Rasulullah, saya dapat
menunjukkan seseorang yang dapat membawanya (memperoleh penggantinya)."
Maka beliau bersabda: "Barangsiapa dapat menunjukkan suatu kebaikan,
maka dia akan mendapatkan pahala seperti orang yang melakukannya." (H.R.
Muslim)
As-Shon'ani menjelaskan maksud lafadz "menunjukkan". Sebagai berikut;
"Menunjukkan bisa dilakukan dengan cara memberi saran kepada orang lain
untuk melakukan kebaikan, atau memberitahu orang yang ingin melakukan
kebaikan untuk mendatangi orang tertentu, atau memberi nasehat, memberi
peringatan, ataumengarang buku yang mengandung ilmu bermanfaat". (Subul
As-Salam vol.4 hlm 170)
Oleh karena itu wanita haid yang membangunkan orang lain untuk sahur dan
berpuasa maka dia mendapatkan pahala seperti pahala orang yang sahur
dan berpuasa, wanita haid yang membangunkan orang lain untuk shalat
shubuh maka dia mendapatkan pahala seperti shalat shubuh, wanita haid
yang mendorong orang lain Tilawah/membaca Al-Qura'n, mencari ilmu,
shilaturrahim, shodaqoh dll dia akan mendapatkan pahala sebagaimana
pelaku amal shalih tersebut.
Ketiga; menjamu berbuka
Orang yang menjamu orang lain untuk berbuka, akan mendapatkan ganjaran
sebagaimana yang didapatkan orang yang berpuasa tersebut tanpa dikurangi
pahalanya sedikitpun. At-Tirmidzi meriwayatkan;
Dari Zaid bin Khalid Al Juhani berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Barangsiapa yang memberi makan orang yang berbuka,
dia mendapatkan seperti pahala orang yang berpuasa tanpa mengurangi
pahala orang yang berpuasa sedikitpun" (H.R. At-Tirmidzi)
Sampai di sini, bukankah tampak betapa besar karunia Allah yang
diberikan kepada wanita? Dia tidak ikut lapar dan dahaga, tetapi
peluangnya mendapatkan ganjaran sama persis seperti orang yang berpuasa
dan yang beramal shalih yang lain.
Keempat; memperbanyak istighfar dan shodaqoh
Secara khusus Rasulullah Shallalahu 'Alaihi Wasallam merekomendasikan
wanita agar memperbanyak istighfar dan shodaqoh karena beliau
diperlihatkan bahwa wanita adalah penghuni neraka yang paling banyak.
Saran Rasulullah Shallalahu 'Alaihi Wasallam ini hendaknya mendapat
perhatian lebih para wanita, karena Rasulullah Shallalahu 'Alaihi
Wasallam adalah insan yang paling tahu sesuatu yang paling menyelamatkan
umatnya di akhirat. Istighfar dan Shodaqoh lebih layak diperhatikan
dibulan Ramadhan karena bulan ini adalah bulan yang paling mulia
diantara seluruh bulan. Imam Muslim meriwayatkan;
Dari Abdullah bin Umar dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam,
bahwa beliau bersabda: "Wahai kaum wanita! Bersedekahlah kamu dan
perbanyakkanlah istighfar. Karena, aku melihat kaum wanitalah yang
paling banyak menjadi penghuni Neraka." (H.R. Muslim)
Kelima; memperbanyak Dzikir
Wanita dianjurkan memperbanyak dzikir baik dengan lisan maupun dengan
hatinya. Diantara dalil yang menunjukkan keutamaan Dzikir adalah firman
Allah;
"Ingatlah Aku, niscaya aku akan mengingatmu" (Al-Baqoroh; 152)
Diantara lafadz dzikir yang bisa diistiqomahkan adalah lafadz yang
diajarkan Rasulullah Shallalahu 'Alaihi Wasallam dalam hadis berikut
ini;
Dari Abu Hurairah menuturkan; Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam
bersabda: "Ada dua kalimat yang ringan di lisan, berat di timbangan, dan
disukai Arrahman, Subhanallah wabihamdihi dan Subhaanallahul 'azhiim."
(H.R. Bukhari)
Keenam; memperbanyak doa
Doa adalah ibadah. Ibadah termasuk amal shalih. Seorang wanita bisa
memperbanyak doa di bulan ramadahan, baik doa Ma'tsur (diriwayatkan)
maupun doa Mashnu' (dibuat sendiri), dengan bahasa Arab maupun bahasa
kaum. Diantara Nash yang menunjukkan keutamaan Doa adalah hadis berikut
ini;
Dari An-Nu'man bin Basyir dari nabi SAW beliau bersabda; Doa adalah ibadah (H.R. Abu Dawud)
Terutama sekali berdoa pada sepertiga malam terakhir dan waktu antara
Adzan dengan Iqomah, karena waktu tersebut adalah waktu mustajab.
Bukhari meriwayatkan;
Dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Rabb Tabaaraka wa Ta'ala kita turun di setiap malam
ke langit dunia pada sepertiga malam terakhir dan berfirman: "Siapa
yang berdo'a kepadaKu pasti Aku kabulkan dan siapa yang meminta kepadaKu
pasti Aku penuhi dan siapa yang memohon ampun kepadaKu pasti Aku
ampuni". (H.R.Bukhari)
Dari Anas bin Malik dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "tidak akan ditolak, do'a diantara adzan dan iqamat." (H.R.At-Tirmidzi)
Contoh doa yang bisa selalu diamalkan setiap mendengar adzan adalah sebagaimana yang diajarkan dalam hadis berikut ini;
Dari Jabir bin 'Abdullah, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Barangsiapa berdo'a setelah mendengar adzan: ALLAHUMMA RABBA
HAADZIHID DA'WATIT TAMMAH WASHSHALAATIL QAA'IMAH. AATI MUHAMMADANIL
WASIILATA WALFADLIILAH WAB'ATSHU MAQAAMAM MAHMUUDANIL LADZII WA'ADTAH
(Ya Allah. Rabb Pemilik seruan yang sempurna ini, dan Pemilik shalat
yang akan didirikan ini, berikanlah wasilah (perantara) dan keutamaan
kepada Muhammad. Bangkitkanlah ia pada kedudukan yang terpuji
sebagaimana Engkau telah jannjikan) '. Maka ia berhak mendapatkan
syafa'atku pada hari kiamat."(H.R. Bukhari)
Para Fuqoha sepakat pada tiga poin ibadah sebelumnya yaitu, istighfar,
dzikir dan Doa tidak disyaratkan yang melakukan harus suci dari hadas
baik hadas besar maupun hadas kecil. Artinya seorang wanita yang sedang
haid, meskipun dia berhadas besar tidak ada larangan baginya untuk
beristighfar, dzikir dan berdoa sepanjang waktu selama mampu.
Ketujuh: Tholabul 'Ilmi (mencari ilmu)
Mencari ilmu termasuk amal shalih yang bisa dilakukan wanita haid di
bulan Ramadhan baik dilakukan dengan mendatangi majelis ilmu maupun
mempelajari isi buku. Banyak Nash yang menunjukkan keutamaan mencari
ilmu. Di bulan Ramadhan biasanya bertaburan banyak majelis ilmu. Namun,
dalam memilih ilmu mana yang dikaji, pilihlah yang paling bermanfaat
bagi dien, dan mulailah mempelajari ilmu-ilmu islam yang fardhu 'Ain
terlebih dahulu. Allah berfirman;
Yang mendengarkan Perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di
antaranya. Mereka Itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk
dan mereka Itulah orang-orang yang mempunyai akal. (Az-Zumar; 18)
Selain amalan-amalan ini, wanita juga bisa melakukan amal shalih lain
selain ibadah mahdhoh yang dinyatakan dan dipuji oleh Nash seperti
Shobr, Hilm, Ziarah, Shilaturrahim, menjenguk orang sakit, Amar Ma'ruf
Nahi Munkar, Siwak, Qoilulah, dan sebagainya. Bagi istri, perhebatlah
bakti kepada suami di bulan Ramadhan, karena suami adalah surga dan
nerakanya istri.
Untuk amalan pada saat 10 terakhir bulan Ramadhan dan lailatul Qodar,
wanita yang sedang haid bisa melakukan amalan-amalan ibadah Mahdhoh yang
tidak mensyaratkan kesucian dalam melakukannya seperti
Istighfar,Dzikir, dan doa. Perbanyak pula doa yang diamalkan 'Aisyah
ketika bertanya bacaan yang diucapkan jika tahu kapan lailatul Qodar.
Ibnu majah meriwayatkan;
Dari ''Aisyah bahwa dia berkata; "Wahai Rasulullah, apa pendapatmu jika
aku ketepatan mendapatkan malam lailatul Qodar, apa yang harus aku
ucapkan?", beliau menjawab: "Ucapkanlah; ya Allah, sesungguhnya Engkau
maha pema'af mencintai kema'afan, maka ma'afkanlah daku." (H.R. Ibnu
Majah). Wallahu a'lam.
Dari keterangan diatas hendak nya kaum wanita jangan mengonsumsi obat
pencegah haid di saat Bulan Romadhon. Haid adalah qudrat kewanitaan dan
wanita yang Haid masih bisa mencari pahala di bulan Romadhon dengan hal
keterangan diatas. Semoga bermanfaat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar