Puasa dalam istilah hukum Islam adalah menahan diri dari makan dan minum
sejak terbit fajar--masuk waktu solat subuh-- sampai terbenamnya
matahari (masuk waktu solat maghrib). Hukum puasa menurut syariah Islam
terbagi menjadi (a) puasa wajib; (b) puasa sunnah; (c) puasa makruh; (d)
puasa haram; (e) puasa mubah.
Tidak semua perbuatan berpuasa itu baik. Dalam Islam, bahkan ada
hari-hari tertentu atau bagi orang tertentu di mana puasa itu hukumnya
haram. Seperti haramnya berpuasa bagi wanita yang sedang haid.
PUASA WAJIB
1. Yaitu puasa pada bulan Ramadhan. Hukumnya wajib bagi semua orang
muslim yang sudah baligh, tidak gila, tidak haid dan tidak nifas (habis
melahirkan).
Puasa Ramadan adalah salah satu rukun Islam yang lima. Pertama turunnya
wahyu yang mewajibkan puasa Ramadan adalah pada tanggal 10 Sya'ban tahun
kedua hijrah. Nabi berpuasa Ramadan selama 9 kali dalam 9 tahun.
Karena puasa Ramadan merupakan salah satu kewajiban utama, maka seorang
muslim yang menganggapnya tidak wajib hukumnya murtad dan kafir. Kecuali
kalau dia bertaubat. Sedang bagi yang tidak berpuasa karena malas,
dianggap fasik. Bukan kafir.
2. Puasa karena membayar kafarah (denda). Seperti puasa 3 hari setelah melanggar sumpah atas nama Allah.
3. Puasa nadzar. Orang yang bernadzar akan berpuasa apabila tujuannya
tercapai, maka ia wajib berpuasa apabila yang diinginkannya terkabul.
PUASA SUNNAH
Yaitu puasa yang dilakukan untuk beribadah kepada Allah selain puasa
wajib. Puasa sunnah disebut juga dengan puasa nafilah (النافلة). Puasa
sunnah mendapat pahala apabila dilakukan, tapi tidak berdosa apabila
ditinggalkan.
Adapun puasa-puasa yang disunnahkan menurut ijma' (kesepakatan) ulama ada 9 (sembilan), yaitu:
1. Puasa Daud. Yaitu puasa sehari dan berbuka sehari.
2. Puasa 3 hari setiap bulan. Yang utama pada tanggal 13, 14, dan 15. Yang disebut dengan ayyamul biydh (أيام البيض).
3. Puasa Senin Kamis setiap minggu.
4. Puasa 6 hari setelah hari Raya Idul Fitri (bulan Syawal). Walau
terpisah-pisah. Tapi berturut-turut lebih utama, kecuali menurut madzhab
Maliki.
5. Puasa pada hari Arafah, tanggal 9 Dzulhijjah, kecuali bagi yang sddang ibadah haji.
6. Puada tanggal 8 Dzulhijjah bagi jemaah haji dan yang lain.
7. Puasa hari tasu'a (يوم التاسوعاء) dan 'asyura'(يوم العاشوراء) yaitu hari ke-9 dan ke-10 bulan Muharram.
8. Puasa pada bulan-bulan yang mulia (أَشْهُرُ الحُرُم). Ada 4 bulan
mulia dalam Islam, yaitu Dzul Qo'dah, Dzul Hijjah, Muharram, dan Rajab.
9. Puasa bulan Sya'ban.
PUASA MAKRUH
Makruh adalah perbuatan yang apabila ditinggalkan mendapat pahala sedang
apabila dikerjakan tidak berdosa. Intinya, perbuatan yang sebaiknya
ditinggalkan.
Puasa yang makruh ada 3 (tiga) sebagai berikut:
1. Puasa pada hari Jum'at. Kecuali apabila kelanjutan dari puasa pada hari sebelumnya.
2. Puasa pada hari Sabtu dan Minggu. Kecuali kelanjutan dari hari sebelumnya.
3. Puasanya orang yang (a) sakit; (b) musafir; (c) orang hamil; (d) ibu
menyusui; (e) orang tua apabila dikuatirkan membahayakan kesehatannya.
PUASA HARAM
Haram sudah jelas maknanya. Yaitu, berdosa apabila dilakukan. Puasa yang diharamkan ada 4 (empat), yaitu:
1. Istri puasa sunnah tanpa sepengetahuan dari suami, atau suami tahu
tapi tidak mengijinkan. Kecuali, apabila suami sedang tidak membutuhkan
seperti suami sedang bepergian, sedang haji atau umroh.
2. Puasa pada hari syak atau meragukan (يَوْمُ الشَك). Yaitu, hari ke-30
dari bulan Sya'ban, kecuali apabila bertujuan sebagai puasa qadha
(mengganti puasa Ramadhan sebelumnya), puasa sunnah, puasa melanggar
sumpah (puasa kafarah).
3. Puasa pada hari Raya Idul Fitri atau Idul Adha. Mutlak tanpa kecuali.
4. Puasa pada hari tasyriq yaitu hari ke-11, ke-12 dan ke-13 bulan
Dzulhijjah. Keuali untuk dam (sebagai ganti dari menyembelih qurban).
5. Puasa wanita haid atau nifas (baru mehirkan). Haramnya mutlak tanpa kecuali.
PUASA MUBAH
Mubah adalah perbuatan yang dibolehkan. Melakukan atau meninggalkan sama-sama tidak berpahala atau berdosa.
Puasa mubah adalah setiap puasa yang tidak termasuk ke dalam kategori wajib, haram, sunnah dan makruh di atas.
HUKUM PUASA DAUD DAN DASAR HADITS-NYA
1. Hadits tentang puasa Nabi Daud adalah sahih dan diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim (muttafaq alaih).
Teks haditsnya sebagai berikut:
صُمْ أَفْضَلَ الصِّيَامِ عِنْدَ اللَّهِ صَوْمَ دَاوُدَ – عَلَيْهِ السَّلاَمُ – كَانَ يَصُومُ يَوْمًا وَيُفْطِرُ يَوْمًا
Artinya: Kerjakanlah puasa yang paling afdhol di sisi Allah, itulah
puasa Daud. Beliau berpuasa sehari dan berbuka (tidak berpuasa) sehari.
2.
إنَّ أَحَبَّ الصِّيَامِ إِلَى اللَّهِ صِيَامُ دَاوُدَ وَأَحَبَّ
الصَّلاَةِ إِلَى اللَّهِ صَلاَةُ دَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ كَانَ
يَنَامُ نِصْفَ اللَّيْلِ وَيَقُومُ ثُلُثَهُ وَيَنَامُ سُدُسَهُ وَكَانَ
يَصُومُ يَوْمًا وَيُفْطِرُ يَوْمًا
Artinya: Puasa yang paling disukai di sisi Allah adalah puasa Daud, dan
shalat yang paling disukai Allah adalah Shalat Nabi Daud. Beliau biasa
tidur di pertengahan malam dan bangun pada sepertiga malam terakhir dan
beliau tidur lagi pada seperenam malam terakhir. Sedangkan beliau biasa
berpuasa sehari dan buka sehari
HUKUM PUASA DAHR (SETAHUN PENUH) DAN DALIL-NYA
- Pendapat pertama: haram. Menurut pendapat masyhur di kalangan Ahmad
ibn Hanbal (madzhab Hanbali) puasa setahun penuh (dahr) hukumnya haram.
Berdasarkan pada hadits
لَا صَامَ مَنْ صَامَ الْأَبَدَِ
Artinya: tidak ada faidah bagi yang berpuasa terus menerus.
- Pendapat kedua: makruh. Kecuali apabila puasa dahr menghalangi perbuatan yang baik menurut syariah, maka menjadi haram.
- Pendapat ketiga, mubah (boleh) atau sunnah.
Dasar hadits 1:
أَنَّ حَمْزَةَ بْنَ عَمْرٍو الْأَسْلَمِيِّ سَأَلَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ الصَّوْمِ فِي السَّفَرِ وَكَانَ
يَسْرُدُ الصَّوْمَ فَقَال رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ إِنْ شِئْتَ فَصُمْ وَإِنْ شِئْتَ فَأَفْطِرْ
Artinya: Hamzah bin Amr bertanya pada Rasulullah tentang puasa saat
perjalanan di mana Hamza biasa berpuasa sard (setahun). Rasul menjawab:
boleh puasa boleh tidak.
- Dasar hadits 2:
منْ صَامَ الدَهْرَ ضُيِقَتْ عَلَيْهِ جَهَنَمُ هَكَذَا وَقَبَضَ كَفَهُ
Artinya: barangsiapa yang berpuasa setahun, maka disempitkan neraka
jahanam baginya seperti ini--Nabi kemudian mengepalkan telapak
tangannya.
Menurut Dr. Wahbah Zuhayli, dalam pandangan madzhab Hanafi hukum puasa
dahr adalah makruh. Sedangkan di kalangan madzhab Syafi'i, Hambali dan
Maliki hukumnya sunnah.
HUKUM PUASA RIYADHAH 7 HARI, 21 HARI, 41 HARI.
Puasa riyadhah (riyadloh) dalam istilah Jawa disebut dengan puasa
nglakoni atau tirakatan. Tujuannya bermacam-macam, umumnya untuk
mencapai suatu kesaktian atau kanuragan tertentu. Jadi, puasa riyadhah
bukan bertujuan untuk meningkatkan ketakwaan atau kesalihan pribadi.
Karena itu, puasa riyadhah (riyadlah) bukanlah puasa sunnah. Karena,
tidak ada dasarnya dalam Quran dan hadits sahih.
Tentang boleh tidaknya, tergantung dari kapan atau pada hari apa
seseorang melakukan puasa tersebut. Apabila puasa tersebut tidak
dilakukan pada hari-hari yang diharamkan, maka hukumnya mubah.
HUKUM PUASA DALAIL QURAN SETAHUN
Puasa dalail Quran termasuk kategori puasa riyadhah (riyadloh) yang
dalam istilah Jawa disebut dengan puasa nglakoni atautirakatan.
Tujuannya bermacam-macam, umumnya untuk mencapai suatu kesaktian atau
kanuragan tertentu. Jadi, puasa riyadhah bukan bertujuan untuk
meningkatkan ketakwaan atau kesalihan pribadi. Karena itu, puasa dalail
Quran bukanlah puasa sunnah. Karena, tidak ada dasarnya dalam Quran dan
hadits sahih.
Tentang boleh tidaknya, tergantung dari kapan atau pada hari apa
seseorang melakukan puasa tersebut. Apabila puasa tersebut tidak
dilakukan pada hari-hari yang diharamkan, maka hukumnya mubah.
HUKUM PUASA DALAIL AL-KHOIROT (AL-KHAIRAT) 1, 2 TAHUN ATAU LEBIH
Puasa Dalail ul Khairat (Khoirot, Khayrat) selama 1, 2, 3, 6, atau 9
tahun. Dan dilakukan terus menerus. Puasa ini konon bertujuan untuk
mendapat karamah seperti kekayaan, kekebalan tubuh. Pantangannya selama
hidup, tidak boleh berzina, mabuk, maling, judi, sombong.
Dalail ul Khairat itu sendiri adalah nama sebuah kitab wiridan yang
ditulis oleh Sidi Muhammad ibn Sulayman al-Jazuli al-Simlali (wafat th.
870 H/1465 M) seorang sufi dan mursyid tariqah asal Maroko. Disebut
puasa Dalail Khairat karena saat puasa Dalail al Khairat si pelaku juga
sambil membaca wiridan sholawat dan do'a yang terdapat di kitab Dalail
al Khairat tersebut.
Puasa dalail khairat ini tidak ada dasar Quran dan hadits. Ia hanyalah "ijtihad" kalangan sufi.
Tentang boleh tidaknya, tergantung dari kapan atau pada hari apa
seseorang melakukan puasa tersebut. Apabila puasa tersebut tidak
dilakukan pada hari-hari yang diharamkan atau dimakruhkan. Maka hukumnya
Mubah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar